Oke, mungkin ini saat-saat berat untuk
kita. Saat-saat kita menentukan langkah kita berikutnya. Terutama untuk para
pelajar. Mau melanjutkan kemana kita setelah ini? Aku harus masuk PTN atau
Sekolah Negeri. Pasti itu yang ada di pikiran, Mayoritas. Mungkin ini saat-saat
berat untuk kita, terutama untuk mereka yang belum berhasil duduk di bangku
studi milik negeri. Karena kali ini saya berada di level dimana saya harus
melanjutkan kuliah di universitas, maka saya akan membahas permasalahan PTN
ini. Bukan PTN nya, lebih tepatnya... saya berusaha memberi semangat, melalui
kenyataan.
Terus
terang saja, mendengar keluhan teman-teman seangkatan saya tentang bagaimana
mereka terus menerus ditolak oleh PTN 3 kali berturut-turut, baik yang satu
sekolah dengan saya maupun tidak, Saya ikut Sedih. Karena saya sudah tenang
telah diterima PTN yang saya tuju, tapi bukan yang saya idam-idamkan, walau
begitu, saya tetap bersyukur bisa diterima di PTN melalui jalur tes tulis yang
pada saat itu, saya benar-benar pesimis dan pasrah terhadap hasil saya
nantinya. Jujur, saya nggak terlalu ngoyoh untuk masuk PTN, karena dari awal
saya sudah ringan hati, masuk PTS Murah pun nggak masalah buat saya. Saya
belajar sebisanya saja. Bahkan nggak lebih ngoyoh daripada saya belajar untuk
beasiswa Monbukagakusho.
Banyak
keluhan dari teman-teman saya yang berkata, “Usaha saya sudah maksimal, saya
juga sudah berdoa, sampai cium kaki orang tua pun saya lakukan. Kenapa masih
belum berhasil? Apa yang kurang dari saya?“, paling tidak rata-rata seperti itu
lah yang mereka rasakan dan mereka ucapkan. Saya merasa sedih, tapi disisi lain saya merasa.... bahwa ini adil. Tapi
mungkin juga terlalu kejam untuk saya mengatakan ‘ini adil’ di depan mereka
yang tidak punya cukup biaya untuk kuliah dan mengandalkan jalur negeri untuk
meringankan biaya. Tapi dunia ini berputar, kalau kalian ada usaha untuk terus
mengayuh roda itu agar terus berputar, pasti akan ada cara untuk kalian
menikmati apa yang telah kalian usahakan. Allah itu nggak tidur.
Kenapa saya bilang ini Adil? Karena saya
telah merasakan ketidakadilan pada masa saya memasuki jenjang SMA/SMK. Hanya
angkatan saya yang tahu kenapa. Saya yang dengan jujur menggunakan otak saya
sendiri, dipaksa untuk menyingkir dari kesempatan masuk sekolah negeri hanya
karena ‘Itu‘. Wahai kalian teman-teman yang bersekolah di SMA/SMK negeri yang
seangkatan dengan saya dan menggunakan ’Itu‘, pernahkah merasakan hal ini? Membayangkan
rasanya jadi saya? Saya sampai dengan jahatnya mencoba menggunakan jalur gakin
hanya untuk bisa bersekolah di Negeri padahal seharusnya masih banyak dari
mereka yang membutuhkan jalur gakin itu? Kalian jahat, dan kalian memaksa saya
menggunakan jalur yang jahat pula untuk sekolah di Negeri. Untung saja, saya
tidak berhasil masuk sekolah negeri itu menggunakan jalur Gakin. Saya tau itu
bukan cara yang bagus. Saya akan malu kepada diri saya sendiri apabila saya
benar-benar diterima melalui jalur Gakin itu, meskipun orang tua saya bilang “nggak
papa“.
Saya
pun akhirnya Ikhlas dan pasrah, namun tetap mencari sekolah swasta yang sekiranya
baik untuk saya. Saya nggak butuh berada di sekolah favorit hanya untuk
kepentingan gengsi atau status sosial. Orang tua saya selalu bilang hal yang
sama sejak saya baru masuk SMP. Dimanapun sekolahmu, yang penting itu niat dan
semangatmu. Aku belum begitu menyadari hal itu waktu SMP, tapi aku mulai
mengerti saat aku benar-benar dengan sangat terpaksa harus bersekolah di swasta.
Di lihat secara kenyataanpun, mungkin di SMP aku masih teralu sering
membuang-mbuang waktu, tidak memperhatikan pelajaran, dan benar-benar jauh dari
doa. Dan saya sama sekali tidak menghasilkan apa-apa pada saat SMP melainkan Cuma
kenangan bermain yang mengasyikkan bersama teman-teman.
Akhirnya
di SMK ini saya benar-benar berniat untuk berubah. Saya ingin jadi lebih baik.
Saya ingin paling tidak bisa menghasilkan sesuatu disini, berprestasi disini,
tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan lebih memperhatikan pelajaran. Karena
apabila tidak, tentu saja akan jadi sangat memalukan dan saya akan terlihat
seperti anak yang nggak berguna. Sudah sekolah di swasta, masih terus
mengecewakan saja. Dan Alhamdulillah niat saya behasil. Saya Ikut lomba ini,
berpartisipasi dalam kegiatan itu, dan banyak. Saya pun merasa menjad kolektor
serftifikat pada saat saya SMK. Apapun saya ikuti. Saya berhasil sampai ke
Grand Final lomba Fiesta Cooking, lalu juara 3 Lomba Perahu Naga di sungai Kali
Mas, prestasi akademik saya pun tidak mengecewakan. Paling tidak saya terlihat
menonjol dibanding teman-teman, meskipun saya tahu apabila dibandingan dengan
anak SMA, saya nggak akan begitu terlihat dikarenakan perbedaan materi yang
diajarkan antara SMK dan SMA. Tapi paling nggak saya harus bisa meyakinkan
bahwa, inilah bidang yang saya kuasai, dan saya nggak mau setengah-setengah
dalam menguasai. Kalau bisa bagus, ya dibagusin sekalian aja. Biar mereka tahu,
meskipun aku terpaksa masuk sekolah swasta, SEMANGAT KU NGGAK AKAN PATAH
ATAUPUN PADAM. Kalau kata Hadouken
di lagunya yang berjudul declaration of war sih, “You can try and hurt me, I’ll
come back for more”. Gitu.
Satu lagi alasan kenapa aku serius belajar
di SMK. Karena aku sudah lelah
jadi bodoh. Sudah lelah jadi orang malas. Sudah lelah nanya ke temen ”Eh, udah
selesai? Nyontek dong”. Sudah lelah di suruh maju nggak ngerti apa-apa. Sudah
lelah jadi aku yang masih SD, yang gumbulannya anak pinter, apa-apa dikasih
contekan, yang tanpa sadar itu sama aja nggoblokin aku sendiri. Sudah lelah
jadi aku yang masih SMP, di sekolah aja inget ngerasa pinter, begitu sampe di
rumah Cuma bisa ngelamun, tadi di sekolah aku ngapain ya.. lupa. Aku pingin bisa berdiri pake kakiku sendiri,
Lari pake kakiku sendiri, Supaya aku bisa ngejar mimpiku sendiri, dan aku
pingin buktiin, Ini loh aku, aku juga bisa sukses, aku juga bisa dapet nilai
bagus, aku juga nggak kalah pinter kok, aku nggak mau lagi di pandang rendah,
apalagi sama orang tua. Aku mau buktiin kalau aku mau aku pasti bisa, ngeraih apapun yang aku cita-citakan. Yang
aku butuhkan cuma usaha yang nggak setengah-setengah.
Nggak
masalah kalau nantinya aku jauh dari kata Gaul. Aku bisa gaul setelah aku
sukses. Aku sama sekali nggak peduli soal eksis, femes, cantik, pacar, BAHKAN
ORANG LAIN. Aku Cuma focus sama aku sendiri. Focus berjuang buat ngewujudin
mimpi ku sendiri. Masa bodo orang mau rambutnya di cat, mau pake helm banyak
tempelan stickernya, mau orang hapenya ada 5, mau mantannya ada ratusan, mau
eksis hitz femes se Surabaya, mau dia udah pernal hamil, mau dia apapun aku
cuek. Itumah urusan dia. Buat apa kita rasan-rasan. Emang rasan-rasan bisa
bikin kita sukses? Bisa nambah pahala kita? Bikin seneng aja nggak. Apalagi
kalau rasan-rasan yang nggak masuk akal. Bahkan sampek ngebully atau ngomen
orang lain berdasarkan apa yang dia suka. Please itu hak-haknya dia, kalaupun
kita nggak suka, cuek aja bisa kan? Mau dia pake seragamnya turping, mau
lengennya dilinting, mau lidahnya ditindik, mau dia berisik, mau dia diem aja
kayak hantu, mau dia dibilang cabe, mau dia gimanapun aku nggak peduli. Selama
dia baik sama aku, dan nggak ada masalah sama aku, Aku sama sekali nggak peduli
sama cara berekspresi mereka. Tapi nggak semua orang bisa kayak aku, dan
kebanyakan yang aku lihat mereka bakal ngomen, bahkan nyindir di depan umum.
Please, nggak penting banget. Kalaupun aku nggak suka, ya aku tinggal cuek dan
bilang ‘jangan sampe kayak gitu deh’
udah.
Oke, mulai nggak nyambung karena emosi. Tapi
ya itu tadi. Kayak kata Naruto, Kalau kalian pingin bikin aku nyerah, mendingan
kalian nyerah aja. Aku nggak akan pernah mau nyerah. Meskipun aku kadang juga
goyang, aku nggak akan pernah mau nyerah. Sekalinya nyerah, mimpiku akan
hilang. Nggak keterima PTN sama sekali itu bukan akhir dari segalanya. Kalian masih
bisa usaha lebih. Entah itu di PTS, ataupun kalau kalian teguh, bisa dicoba
SBMPTN tahun depan, tapi pastikan kalian akan usaha jauh lebih keras daripada
sekarang. Ngga ada mimpi yang ketinggian, yang ada usaha yang kurang. Di PTS
pun aku yakin nggak buruk. Kalian mungkin akan melihat sesuatu yang nggak
kalian lihat sebelumnya, selama bersekolah di Negeri. Dan disitulah pandangan
kalian akan dirubah. Bahwa nggak selamanya PTN itu yang terbaik. Sebenernya ini
cuma masalah polah pikir. Hanya karena orang tua kalian dulunya berhasil di
PTN, dan lingkungan juga merasa PTN lebih bergengsi, kemudian anak-anak pun
ikut dibesarkan dalam pola pikir yang seperti ini, sebenernya ini sudah salah
kaprah. Banyak anak-anak di PTS yang lebih bisa mengembangkan bakat dan
potensinya. Hanya karena nggak di terima di PTN terus kalian merasa nggak
bahagia, bahkan orang tua kalian. Mau jadi apa generasi penerus bangsa ini,
baik sekarang maupun yang akan datang kalau terus terusan di besarkan dalam
mindset yang seperti ini.
Orang
tua juga seharusnya berpandangan realistis dan tidak mamaksa anaknya untuk
bersekolah di Negeri, atau di Universitas dan tempat-tempat favorit hanya
karena masalah gengsi. Kenapa harus malu punya anak sekolah/kuliah di swasta? Harusnya
orang tua bangga dengan apapun kemampuan anaknya, dan memberi dukungan, bukan
tekanan. Mungkin si anak sudah berusaha sekuat dan seluruh kemampuannya, tapi
rezekinya bukan di PTN. Memang, jika dilihat masalah biaya, PTN lebih murah.
Tapi pasti ada alasannya kenapa mereka nggak keterima di PTN. Merekapun
sebenarnya kecewa dengan hasil mereka sendiri. Tapi kalau harus ditambahi
dengan perasaan kecewa para orangtua, mereka bisa jadi akan jatuh lebih dalam
lagi. Makanya sangat diperlukan dukungan. Jika anak jatuh, dan merasa kecewa,
tapi sebagai orangtua kita menyemangati dan mengatakan hal-hal positif seperti “Nggak
papa, jangan sedih, sekolah swasta juga bagus kok, yang penting niat dan
semangatnya“ supaya dia tenang. Meskipun mungkin dia tetap akan merasa kecewa
untuk beberapa saat, bisa jadi ketika dia sudah masuk PTS dia akan punya tekad
untuk memperbaiki kualitas dirinya. Sama seperti yang aku alami.
Yang
terpenting untuk temen-temenku yang masih berjuang adalah Jangan pernah ngerasa
Hopeless. Jangan pernah ngerasa kamu bener-bener payah. Kalaupun kenyataannya
begitu, tulis aja di tembok kamarmu. KAMU PAYAH. NGGAK BERGUNA. GITU BERANI
MIMPI YANG TINGGI-TINGGI? NGACA. BISA APA KAMU. Dan sebagainya. Dan setiap baca
itu kalian bisa ngerasa jengkel dan marah terhadap diri kalian sendiri. JANGAN
DOWN. Jadikan itu motivasi. Jadikan itu pendorong untuk buktikan bahwa yang
kamu tulis di tembok kamarmu itu salah. Dan setelah itu kamu akan berjuang,
kamu akan buktikan bawah kamu bisa, kamu bukan pecundang. Seenggaknya itulah
apa yang aku lakukan.
Aku
termasuk orang yang menikmati anime dan manga, dan musik-musik Jepang. Dan aku
bersyukur bahwa aku lebih menyukai itu dari pada budaya barat. Yang menurutku
film dan musik dari barat itu lebih cenderung ke masalah percintaan dan
hiburan. Karena aku bukan penikmat budaya barat, ya maaf kalau aku kelihatan
sok tau. Tapi serius, aku lebih prefer anime jepang. Di anime dan manga
manapun, pasti mengandung makna kerja keras, usaha, mimpi, percaya,
persahabatan, sehingga disamping hiburan, banyak motivasi yang aku dapat dari
sana. Nggak terkecuali musiknya. Beda dari musik barat yang kebanyakan soal
cinta-cintaan, atau yang emo-emoan, musik jepang yang aku tau, banyak banget
motivasinya. Dengerin tanpa tau artinyapun, bisa bikin aku semangat. Dan waktu
dicari artinya, memang bener nggak jauh-jauh dari itu. Percaya. Usaha. Mimpi. Udah
itu-itu aja. Dan itu cocok banget buat aku. Kalau mau minta rekomendasi lagu
bagus penyemangat bisa di aku kok, hahaha. Dan dari anime/manga pun banyak
mengandung kalimat-kalimat motivasi. Di Naruto contohnya, coba cari di google. Banyak banget. Terus coba tonton/baca
anime/manga yang genrenya sports. Sudah pasti banyak motivasinya disana. Salah satu
nya adalah ini.
“Di atas lapangan, semua orang pasti
sekali atau dua kali pernah mengalami kejadian memalukan. Tidak ada yang tidak
pernah mengalaminya. Hanya saja, Para pemain kelas atas akan langsung berdiri
kembali, sebagai penghargaan atas usaha mereka. Pemain menengah akan berdiri
kembali setelah beberapa saat. Sedang para pecundang, akan tetap berbaring di
tanah.“
-
Takeru
Yamato (Eyeshield 21)
Menurutku ini keren. Dan aku mau jadi
pemain kelas atas. Aku nggak akan pernah nyerah. Meskipun di banting hingga
jatuh, aku mau langsung berdiri. Aku mau percaya, selama aku nggak nyerah, aku
nggak akan gagal. Satu lagi quotes menarik yang aku dapet dari grup chating
para pejuang monbukagakusho, namanya Yoga.
“ “Every man is a star; some fights for the
shine and stays. Some falls, but failing to stay doesn’t mean they lose their
shine. They kept shining until they ran out of their shine. And a shooting star
shines brighter than those who stays above. Those were the one people
remembered the most.” Itu yang bikin semangat buat ngejar mimpi. Beranilah
lawan arus. Karena suatu hari kita yang akan menghidupi mimpi kita sendiri.”
-
Yoga.
Oleh
karena itu kalian nggak perlu takut ngelawan arus, bahkan masuk PTS sekalipun. Selama
kalian nggak nyerah, usaha kalian nggak aka nada yang sia-sia. Semangat!