Kamis, 29 Oktober 2015

I'll never forget.


Waktu terus berjalan, sudah hampir 2 bulan aku menjalani hidup sebagai seorang “Mahasiswa”, yang jujur saja, hingga sekarang waktuku masih cukup banyak kugunakan untuk melalaikan tugas-tugas, yang kemudian menyulitkanku sendiri di hari pengumpulannya. Sepertinya aku harus meluruskan diriku kembali ke jalan dimana tekad ku bulat untuk melakukan yang terbaik di Unesa, atau mungkin aku memang masih butuh waktu untuk terbiasa dengan kegiatan perkuliahan.
Yang ingin ku ungkapkan kali ini bukanlah lagi masalah “mimpi” dan sebagainya. Aku hanya merasa, semakin sedikit waktu yang bisa ku gunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan “kawan lama”, walaupun aku tidak terkejut dengan hal ini, hanya saja, ini jauh lebih parah daripada peralihan kesibukanku seperti dari SMP ke SMA. Sebenarnya sudah bisa di tebak akan jadi seperti apa nantinya, karena pada saat ospek pertama pun, aku benar-benar sibuk, dan hampir tak sempat membuka handphone. Apabila aku sempat membukanya pun hanyalah untuk mengecek apa yang sedang terjadi, bukan untuk bercanda gurau, termenung dan memandangi semua media sosialku. Hal yang sama-pun diungkapkan teman sekelasku saat ini.
“Sudah dapat teman baru, teman lama dilupakan.”
Aku nggak pernah mau mendapatkan title seperti itu. Dari SD ke SMP, SMP ke SMA, aku tidak pernah melupakan siapa yang berada bersamaku sebelumnya. Walaupun aku memiliki banyak teman baru, aku tidak ingin lupa, dan aku akan selalu menegur sapa melalui media sosial, menanyakan kabar, bahkan bisa dibilang akulah yang paling sering mengajak berkumpul untuk melepas rindu. Tapi saat ini benar-benar berbeda. Bisa pulang dibawah jam 6 pada saat kuliah adalah hal yang paling aku legakan.  Aku bisa beristirahat, atau mengerjakan tugas-tugas, dan melakukan aktifitas dengan sedikit santai. Walaupun begitu sedikit untukku mempunyai waktu yang cukup lama untuk kuhabiskan untuk sekedar chatting, bersantai-santai dikasur dengan handphone hingga tertidur.
Jangankan Sahabat terdekatku di SD, atau SMP, sahabat terdekatku yang baru saja berpisah dengan ku beberapa bulan yang lalu (SMK) bahkan tidak mendapatkan waktu untuk berbicara banyak denganku meskipun hanya lewat chatting. Dan aku memang menyadari balasan yang ku kirim kepada mereka bukanlah balasan hangat seperti dulu, aku membalasnya singkat, aku hanya menyempatkan untuk menjawab, padahal sebenarnya aku sedang sibuk dengan tugasku, dan itu menyebabkan perasaan seperti “Aku sedang sibuk, jangan ganggu”.
Aku sedang benar-benar sibuk, dan yang mengerti kesibukanku hanyalah mereka yang berada bersamaku sekarang, yang sekarang menjadi teman dekatku, yang foto-fotonya sering ku upload di Instagram, yang mungkin terkesan pamer seperti “Ini lo, temen-temen baru ku”. Padahal kalaupun kalian, sahabat-sahabatku terdahulu, memiliki teman baru atau sahabat baru di tempat yang baru pun bukan masalah bagiku. Justru menurutku dimanapun aku berada, aku harus memiliki teman dekat, yang tak membuatku merasa sendirian, yang menginginkan kehadiranku.
Sempat terbayang di benakku, apakah di tempat kerja itu sulit untuk mendapatkan teman dekat? Meskipun aku sendiri sudah mendapatkan pengalaman berada di dunia kerja, tapi aku juga pasti mendapatkan sahabat di dunia kerja. Orang yang mau berbagi keluh kesah dan bahagia. Aku juga pernah merasakan lelah, lelah dengan tempat ku yang baru, dan belum ada yang bisa kupercaya, atau situasi kondisi yang lainnya, dan menginginkan untuk berbagi cerita kepada teman lamaku yang lebih mengerti aku, aku tau bagaimana rasanya. Tapi aku tidak bisa terus menerus seperti itu, aku pasti akan menemukan seseorang untuk mendengarkan ceritaku, meskipun orang tersebut belum 100% kupercaya, tapi aku memiliki satu pegangan dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman baik, yaitu dia yang apabila ku bagi ceritaku akan ikut membagi ceritanya bahkan rahasianya.
Yah, bagaimanapun keadaannya aku bukan seseorang yang sempurna, pasti punya sisi yang kurang disukai oleh orang lain. Yang penting aku berjuang semampuku, tak masalah kalau harus sedikit dibenci karena terlalu sibuk, aku juga punya masalahku sendiri, aku juga harus berjuang dengan jalanku sendiri, nggak selamanya  bisa membantu orang lain, apalagi teman lamaku dengan jarak yang cukup terpisah, kecuali yang sekarang kutemui setiap hari, yang akan terus bersamaku 4 tahun kedepan ini yang pastinya akan sangat dan benar-benar mengerti apasaja yang ku lakukan selama ini, dan menjadi saksi kesuksesanku nanti.
Untuk teman-teman lamaku, tidakkah kalian berpikir bahwa akan lebih menyenangkan apabila kita terpisah lebih lama lagi, entah itu 5 tahun, ataupun 10 tahun, dan ketika bertemu nanti kita semua sudah bisa membawa uang hasil jerih payah kita sendiri dan berbagi cerita tentang kesuksesan? Aku nggak akan pernah lupa, walaupun aku senang dengan teman-teman yang baru, tapi kalian memiliki cerita tersendiri, dan sekarangpun aku sedang membangun sebuah cerita dengan teman-temanku yang baru, berjuang bersama, mendukung satu sama lain, mau tak mau aku menjadi benar-benar dekat dengan mereka, dan tak butuh waktu lama mereka juga menjadi berharga untukku.
Kuliah atau pun kerja, aku akan terus mendukung kalian, seperti kalian selalu mendukungku di saat SMK dulu. Dan akan terus seperti itu. Jadi janganlah pernah ada kata semacam “Sudah dapat teman baru, teman lama dilupakan.” Ya!

Senin, 07 September 2015

Antara Impian dan Baperan



Mungkin itu judul terbaik yang bisa kupikirkan. Antara Impian dan Baperan. Antara Impianku bisa merasakan pendidikan di Jepang, dan Suasana perasaan dan rasa kebersamaan bersama teman-teman baruku di PKK, dan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya yang rasanya sayang untuk di tinggalkan.
                Seperti yang sudah tertulis di postingan-postingan sebelumnya, aku sedari kecil ini menyimpan impian untuk bisa ke Jepang. Dan aku yang sekarang, sudah mengetahui beberapa cara untuk bisa ke Jepang. Memang banyak, menggunakan uang sendiri pun bisa. Tapi orang yang tidak memikirkan untuk bisa jalan-jalan keluar negeri pun pasti tahu akan butuh biaya yang sangat tidak sedikit untuk bisa mewujudkan hal itu. Salah satu cara yang kuandalkan dan kuperjuangkan adalah dengan menggunakan Beasiswa untuk bersekolah di Jepang. Ya, Beasiswa Monbukagakusho.
                Aku tidak pernah berpikir untuk berkuliah di Indonesia. Terlebih lagi aku memutuskan untuk mengenyam bangku pendidikan di SMK adalah untuk dapat langsung bekerja ketika sudah lulus nanti. Sama sekali tidak ada niatan bahkan persiapan dari jauh-jauh hari untuk mendaftar kuliah. Aku ingin bekerja. Aku ingin mendapatkan uang dari hasil keringatku sendiri. Dan berhenti membebani orang tua.
                Tapi seiring berjalannya masa belajarku di SMK, aku mulai terpengaruh dan terprovokasi oleh lingkunganku, terlebih lagi guru-guru yang menyarankan untuk kuliah terlebih dahulu. Untuk wanita, minimal D3 lah. Akupun mulai terpancing dan bimbang antara kuliah dan kerja, terlebih lagi orang tuaku juga menganjurkanku untuk mencoba mendaftar kuliah. Dan disinilah aku sekarang, menjadi Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dengan Program Studi S1 Pendidikan Tata Boga.
                Sebelum resmi menjadi mahasiswa di UNESA, aku juga mengejar mimpiku untuk mendapatkan beasiswa berkuliah di Jepang dari Monbukagakusho, dengan pilihan Jurusan Home Economics, Program Studi D2 Cooking. Namun karena untuk percobaan pertama aku gagal mendapatkannya, dan aku dikehendaki untuk masuk dan bergabung di UNESA, maka jadilah aku sekarang.
                Aku bangga bisa masuk UNESA, aku senang bisa menjadi bagian dari UNESA, dari Fakultas Teknik di UNESA, dari Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT UNESA. Walau baru sekitar 10 hari, rasanya benar-benar sayang untuk meninggalkan ini, jika nanti aku berhasil berangkat ke Jepang melalui Beasiswa Monbukagakusho itu.
                Sekarang permasalahannya adalah aku kehilangan kemantapan dan keyakinan akan peganganku yang waktu itu kukuh untuk meninggalkan S1 ku demi D2 ku di Jepang. Yang aku pikirkan adalah;
1. Orang tuaku sudah menghabiskan banyak dana untuk S1 ini, walaupun aku masuk melalui jalur SBMPTN.
2. Apa kata kakak-kakak senior atau dosen atau orang-orang yang mempercayaiku untuk menyelesaikan studi di UNESA ini dengan tepat waktu, tapi malah kutinggalkan dan tidak ku selesaikan.
3. Dengan meninggalkan S1 di Indonesia untuk D2 dengan sertifikasi Internasional adalah sebuah langkah Kemunduran.
                Tapi selain itu juga, aku juga tahu akan pepatah atau quotes yang mengatakan bahwa, “Kamu tidak akan bisa mendapatkan sesuatu yang hebat, apabila kamu tidak dapat membuang sesuatu.” Atau yang sejenis dengan itu.
                Aku sudah berkonsultasi dengan kedua orang tua ku, tapi tak menemukan jalan keluar. Mereka lebih mendukungku untuk menyelesaikan Studiku di Indonesia daripada harus berhenti untuk mengejar D2 di Jepang. Tapi apabila aku menyelesaikan S1 ku disini, aku akan kehilangan kesempatan untuk merasakan bangku pendidikan di Jepang karena aku telah melewati batas umurku untuk applying beasiswa. Memang benar, ada kesempatan untuk mengikuti S2, tapi Jurusan apa yang sesuai dengan jurusanku sekarang? Aku juga tidak begitu muluk-muluk menginginkan S2. Yang aku inginkan hanyalah kemampuan yang diakui dalam dunia kerja. Aku ingin cepat bekerja dan membangun bisnis ku sendiri. aku bukan tipe orang yang menyukai kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan ilmuwan atau researcher. Sejujurnya saja aku juga tidak begitu muluk menginginkan S1.
                Bukankah akan ada saja kesempatan untuk bekerja di Jepang seusai lulus S1? Ditambah lagi di akhir tahun 2015 MEA akan berlangsung. Memang benar, dengan berlangsungnya MEA mungkin akan membuka peluang untukku bekerja di Jepang. Tapi aku tak semata-mata ingin pergi ke Jepang untuk bekerja. Memang waktu kecil aku menginginkan pergi ke Jepang untuk jalan-jalan. Kemudian aku menginginkan ke Jepang dan tinggal disana untuk waktu yang agak lama. Kemudian aku sadar mungkin aku bisa bekerja disana. Tapi aku kembali dibukakan mata bahwa aku mungkin akan mendapatkan sesuatu yang tak kudapatkan disini dengan mencicipi bagaimana kualitas pendidikan disana. Kalau soal bagaimana bekerja disana, dengan melihat di Internet saja aku bisa membayangkan bagaimana beratnya. Tapi untuk bersekolah, aku sama sekali tak bisa membayangkannya. Aku ingin bisa merasakannya sendiri.
                Aku berpikiran untuk berkonsultasi kepada dosen di tempatku sekarang, tapi apakah aku akan menemukan jalan keluar? Yang aku pikirkan dan aku bayangkan, mungkin saja aku akan ditahan dan diminta untuk menyelesaikan studi disini dulu sama seperti yang orangtuaku katakan. Kalau aku berkonsultasi kepada Senseiku, aku pasti akan di dukung untuk mengejar mimpiku di Jepang, dan akan membuatku terlalu bersemangat. Aku butuh seseorang yang sekiranya netral yang mungkin bisa membantuku menyelesaikan masalah ini dan membantuku memilih apa yang harus kupilih.
                Aku sendiri tahu ini bukanlah sesuatu yang bisa diputuskan oleh orang lain melainkan aku sendiri, karena ini jalan hidupku sendiri, pilihanku sendiri, dan setiap pilihan sulit pasti akan ada resiko dibaliknya. Pilihan manapun yang ku ambil takkan ada yang tau hasilnya seperti apa, yang perlu kupastikan adalah aku takkan menyesal dengan pilihan itu. Semoga seiring berjalannya waktu aku bisa menjadi pembuat keputusan yang baik.

Gerbang Menuju Kedewasaan



                Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali aku menceritakan pengalamanku saat mengejar beasiswa Monbukagakusho. Sekitar 8 hari terakhir sebelum hari ini, aku di sibukkan dengan kegiatan yang sudah pasti tak terdengar asing lagi bagi kalian, yaitu Ospek. Sambil berjalan dan moving on dari Monbukagakusho untuk sementara, aku harus fokus pada tempat yang di kehendakkan-Nya untukku sekarang, di Universitas Negeri Surabaya atau UNESA, tepatnya di Fakultas Teknik, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
                Jurusan PKK di UNESA ini sendiri memiliki banyak serangkaian kegiatan yang dinamai dengan KOMPAS, yang kegiatannya sendiri terdiri dari kurang lebih 9; yaitu Pra PKKMB, Pra TD, PKT, SMT, KWU, Goes, Pr PKK, PorJur, dan TD. Dan saya dan semua maba disini baru saja menyelasaikan Pra PKKMB untuk jurusan dan PKKMB Fakultas. Terlihat akan melelahkan memang, mengingat itu semua akan menjadi makanan saya dan teman-teman selama satu semester, tapi kami harus tetap semangat melewati semuanya.
                Untuk kegiatan Pra PKKMB, jujur saja terasa berat untuk saya. Tekanan yang di berikan cukup membuat saya agak stress. Tapi setelah berhasil melewati semuanya, saya menyadari bahwa sebenarnya saya sedang belajar akan banyak hal. Semua tekanan yang diberikan bukannya tidak ada tujuannya. Kami mengalami hal-hal sulit, menguji apa arti “Kekeluargaan” bagi kami, menguji apakah ada rasa kekeluargaan bagi kami para maba yang baru kenal sekitar 1-2 hari. Bahkan bukan hanya dengan sesama maba, tetapi juga dengan kakak-kakak senior kami. Entah ada “akting” atau tidak, ada beberapa kakak-kakak penanggung jawab setiap kelompok yang menangis untuk adik-adiknya yang bahkan mengecewakan dia. Disanalah rasa kekeluargaan kami diuji. Etika makan, kami harus ingat dengan orang sebelah kami, dengan senior-senior kami, paling tidak menawari dan mengajaknya makan, untuk teman-teman yang tidak membawa, dibagi, dan untuk teman-teman yang tidak habis, harus dibantu untuk dihabiskan. Kebersamaan dan Kesetiaan kami sebagai Keluarga benar-benar diuji disini. Hingga penutupan Pra PKKMB ini pun, saya nggak bisa nggak meneteskan air mata. Walaupun baru sekitar 3 hari, saya merasa akan sedih kalau meninggalkan mereka.
                Ku tak mau kau tinggalkan aku, perjalanan masih jauh. Ku tak mau kau lupakan aku, kita teman PKK mu.”
                Sambil merangkul pundak satu sama lain, kami menyanyikan lagu itu, sambil berharap kalau kekeluargaan ini akan berlangsung selamannya, bahkan sampai kami menjadi alumni pun, akan terus terjaga.
                Setelah kegiatan Pra PKKMB usai, kami melanjutkannya dengan kegiatan PKKMB Fakultas setelah diberi waktu istirahat satu hari. Dan ternyata. PKKMB Fakultas lebih sangar. Kami dari jurusan PKK yang berjumlah 230 orang, dipertemukan dengan 4 Jurusan lainnya, yaitu Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Informatika. Hingga jumlah kami menjadi sekitar 1040 orang. Benar-benar luar biasa. Disini bukan hanya kekeluargaan kami yang diuji lagi. Tapi Jargon kami pun diuji.
FT SATU.
FT SATU KITA SAUDARA.
FT BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN.
                Kebenaran Jargon kami diuji melalui serangkaian rintangan selama 5 hari menjalani PKKMB Fakultas. Banyak sekali kesulitan, banyak sekali permasalahan yang menggoyahkan keyakinan. Masalah tentang dimana letak kesatuan kita, dimana letak persaudaraan kita, dimana letak rasa kebersamaan kita, bagaimana cara kita menyelesaikan masalah, bagaimana kita bersikap saat ada teman kita yang mendapat masalah, bagimana kita menyampaikan pendapat dan argumen kita kepada orang yang lebih tua, bagaimana kita menjadi seseorang yang aktif dan soutif, bagaimana kelak kita dapat menjadi seorang pembuat keputusan yang baik, dan banyak sekali pengalaman yang nggak mungkin di dapatkan orang yang nggak melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Surabaya.
                Dan akhirnya semuanya selesai. Kegiatan pertama dari serangkaian kegiatan di satu semester ini pun akhirnya selesai. Saya senang, semua kesulitan ini akhirnya berakhir, saya kapok, saya ingin cukup sekali kegiatan yang seperti ini. Tapi saya sedih, entah kenapa rasanya menyedihkan. Apakah mungkin karena setelah ini semuanya akan menjadi sibuk dengan pribadi masing-masing? Semoga tidak. Semoga di satu atap Fakultas Teknik ini semuanya masih saling menyapa dan peduli satu sama lain karena FT Satu, Kita Saudara.
                Semua kakak-kakak terutama dari Komite Disiplin atau Komdis yang selama 5 hari ini selalu berwajah serius dan menakutkan pun seketika berubah menjadi senyum ramah yang menyenangkan saat Inagurasi penutupan PKKMB. Seluruh Maba FT 2015 bersalaman dengan hampir semua panitia PKKMB Fakultas. Dan kata-kata dari mereka pun, lagi-lagi membuat keyakinan saya goyah. “Semangat ya deek, Semangat Kuliahnya, Jangan Bolosan, Terima kasih ya deek, Maaf kalau ada salah, Selamat jadi mahasiswa, selamat datang…” dan lain sebagainya. Rasanya kemantapanku untuk meninggalkan program pendidikan ku disini ketika sudah berhasil menembus d2 Monbukagakusho pun jadi goyah. Di tambah lagi, mereka menyanyikan lagu dengan lirik dan nada yang sama namun hanya di ganti beberapa akhirannya saja.
                Ku tak mau kau tinggalkan aku, perjalanan masih jauh. Ku tak mau kau lupakan aku, kita teman FT Satu.”
 Terima kasih kakak-kakak panitia dan semua yang berpartisipasi dalam kegiatan PKKMB.
Read the next Story:  Antara Impian dan Baperan.

Senin, 10 Agustus 2015

Fighting for my dreams! [Part 4]

Super late update!!!

To the point aja, tanggal 5 agustus kemarin adalah tanggal pengumuman hasil tes tulis monbukagakusho. dan to the point juga, aku dan kembaranku BELUM lolos untuk tahun ini. Hehehe, perlu di caps lock "belum" nya karena saya pasti akan lolos tahun depan. Saya pasti bisa lolos tahun depan!!! Saya ikut senang buat kalian kalian yang lolos tes tulisnya dan lanjut wawancara di Jakarta, saya doakan semoga dilancarkan wawancaranya sampai akhirnya fix berangakat ke Jepang! dan saya akan nyusul tahun depan MEXT2017!

Sejujurnya saja, aku nggak ngerasa begitu sedih karena sebelum pengumuman aku sudah disibukkan dengan kegiatan daftar ulang Universitas Negeri Surabaya, jadinya rasannya sudah ada tempat persinggahan sementara sambil mengejar ketertinggalan tahun depan. Lagi pula, aku seneng banget bisa ketemu orang orang yang luar biasa memotivasi saya di grup line monbukagakusho.Mereka itu keren-keren banget, terutama yang bermimpi dan berkeinginan kuliah disana, dan pulang untuk memperbaiki dan memajukan indonesia, bukan seperti aku yang mementingkan kepentingan individual yaitu pekerjaan.

Dengan kegagalan di percobaan pertama ini, saya akan merubah diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih siap di berangkatkan ke Jepang baik ilmu, maupun spiritual. Saya akan belajar lebih banyak, berdoa lebih banyak. Saya yang sebelumnya kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang baru kini berusaha untuk mengubahnya, dan saya bertekat akan memiliki lebih banyak koneksi juga, karena saya yakin mimpi itu nggak bisa di capai sendirian. (I should have learn it from naruto, though, but the best thing in how life teaches us is we have to experienced it first then learn from it.)

Saya akan menjadi pribadi yang lebih ramah dan mudah bergaul, saya ingin tidak terlalu banyak mengeluhkan masalah saya di media sosial, saya ingin menyemangati lebih banyak orang, saya ingin lebih semangat dari sebelumnya, saya ingin bekerja jauh lebih baik dari sebelumnya, lebih keras dari sebelumnya, lebih giat dari sebelumnya, saya ingin membuktikan bukan kepada siapapun tapi kepada diri saya sendiri bahwa saya bisa, saya juga bisa sukses mewujudkan apa yang saya inginkan selama saya tidak menyerah, saya akan terus percaya tidak ada yang namanya "gagal" saya pasti berhasil, walaupun saya menemukan banyak kegagalan dan rintangan saya percaya saya akan terus menemukan jalan untuk maju dan terus maju, meskipun ada masalah nanti kedepannya saya nggak akan jatuh, nggak akan ada yang bisa menjatuhkan saya, menghentikan saya untuk menggapai mimpi saya, dan saya akan berteman dan memiliki teman sebanyak mungkin sebagai koneksi, dan saya akan memiliki satu atau beberapa teman sebagai sahabat dalam hidup.

I'LL SEE YOU NEXT YEAR AND BE READY TO BE DEFEATED, MEXT 2017.

Jumat, 31 Juli 2015

Malam Inagurasi SMKTAG 2015/2016

Kemarin malem aku ke sekolah (atau mungkin ex-sekolah) buat lihat Pensi yang diadakan di sekolah dan dikerjakan oleh adik-adik kelas. Well, It turned out good!
Panggung
Keren bangeeet stagenyaa, apalagi lightingnya. sejujurnya lebih suka model kaya gini dibandingan banyak tempelan sponsor kayak tahun lalu, tapi yaa kalau sudah di kasih sponsor ya nggak bisa nolak sih. tapi bener deh, Lightingnya ini jos banget, apalagi pas malem, nyentrongnya sampek ke jalan! pager pembatasnya juga banyak banget, daripada tahun kemarin. dan pintu masuknya pun keren, banyak pagernya. sepertinya pengamanan tahun ini lebih ketat dari pada tahun lalu. wehehe.



Keren banget toh lightingnyaa. Acaranya juga nggak ngebosenin sih, walaupun aku banyak nggak tahu soal guest starnya, tapi paling nggak nggak ada waktu kosong atau waktu nganggur di panggung kecuali check sound. Panitia, Good Job!
Moment pas buat reunian, Hehehe
Looking forward for next year!

Selasa, 14 Juli 2015

DARE TO DREAM, DARE TO STRUGGLE.



            Oke, mungkin ini saat-saat berat untuk kita. Saat-saat kita menentukan langkah kita berikutnya. Terutama untuk para pelajar. Mau melanjutkan kemana kita setelah ini? Aku harus masuk PTN atau Sekolah Negeri. Pasti itu yang ada di pikiran, Mayoritas. Mungkin ini saat-saat berat untuk kita, terutama untuk mereka yang belum berhasil duduk di bangku studi milik negeri. Karena kali ini saya berada di level dimana saya harus melanjutkan kuliah di universitas, maka saya akan membahas permasalahan PTN ini. Bukan PTN nya, lebih tepatnya... saya berusaha memberi semangat, melalui kenyataan.
            Terus terang saja, mendengar keluhan teman-teman seangkatan saya tentang bagaimana mereka terus menerus ditolak oleh PTN 3 kali berturut-turut, baik yang satu sekolah dengan saya maupun tidak, Saya ikut Sedih. Karena saya sudah tenang telah diterima PTN yang saya tuju, tapi bukan yang saya idam-idamkan, walau begitu, saya tetap bersyukur bisa diterima di PTN melalui jalur tes tulis yang pada saat itu, saya benar-benar pesimis dan pasrah terhadap hasil saya nantinya. Jujur, saya nggak terlalu ngoyoh untuk masuk PTN, karena dari awal saya sudah ringan hati, masuk PTS Murah pun nggak masalah buat saya. Saya belajar sebisanya saja. Bahkan nggak lebih ngoyoh daripada saya belajar untuk beasiswa Monbukagakusho.
            Banyak keluhan dari teman-teman saya yang berkata, “Usaha saya sudah maksimal, saya juga sudah berdoa, sampai cium kaki orang tua pun saya lakukan. Kenapa masih belum berhasil? Apa yang kurang dari saya?“, paling tidak rata-rata seperti itu lah yang mereka rasakan dan mereka ucapkan. Saya merasa sedih, tapi disisi lain saya merasa.... bahwa ini adil. Tapi mungkin juga terlalu kejam untuk saya mengatakan ‘ini adil’ di depan mereka yang tidak punya cukup biaya untuk kuliah dan mengandalkan jalur negeri untuk meringankan biaya. Tapi dunia ini berputar, kalau kalian ada usaha untuk terus mengayuh roda itu agar terus berputar, pasti akan ada cara untuk kalian menikmati apa yang telah kalian usahakan. Allah itu nggak tidur.
            Kenapa saya bilang ini Adil? Karena saya telah merasakan ketidakadilan pada masa saya memasuki jenjang SMA/SMK. Hanya angkatan saya yang tahu kenapa. Saya yang dengan jujur menggunakan otak saya sendiri, dipaksa untuk menyingkir dari kesempatan masuk sekolah negeri hanya karena ‘Itu‘. Wahai kalian teman-teman yang bersekolah di SMA/SMK negeri yang seangkatan dengan saya dan menggunakan ’Itu‘, pernahkah merasakan hal ini? Membayangkan rasanya jadi saya? Saya sampai dengan jahatnya mencoba menggunakan jalur gakin hanya untuk bisa bersekolah di Negeri padahal seharusnya masih banyak dari mereka yang membutuhkan jalur gakin itu? Kalian jahat, dan kalian memaksa saya menggunakan jalur yang jahat pula untuk sekolah di Negeri. Untung saja, saya tidak berhasil masuk sekolah negeri itu menggunakan jalur Gakin. Saya tau itu bukan cara yang bagus. Saya akan malu kepada diri saya sendiri apabila saya benar-benar diterima melalui jalur Gakin itu, meskipun orang tua saya bilang “nggak papa“.
            Saya pun akhirnya Ikhlas dan pasrah, namun tetap mencari sekolah swasta yang sekiranya baik untuk saya. Saya nggak butuh berada di sekolah favorit hanya untuk kepentingan gengsi atau status sosial. Orang tua saya selalu bilang hal yang sama sejak saya baru masuk SMP. Dimanapun sekolahmu, yang penting itu niat dan semangatmu. Aku belum begitu menyadari hal itu waktu SMP, tapi aku mulai mengerti saat aku benar-benar dengan sangat terpaksa harus bersekolah di swasta. Di lihat secara kenyataanpun, mungkin di SMP aku masih teralu sering membuang-mbuang waktu, tidak memperhatikan pelajaran, dan benar-benar jauh dari doa. Dan saya sama sekali tidak menghasilkan apa-apa pada saat SMP melainkan Cuma kenangan bermain yang mengasyikkan bersama teman-teman.
            Akhirnya di SMK ini saya benar-benar berniat untuk berubah. Saya ingin jadi lebih baik. Saya ingin paling tidak bisa menghasilkan sesuatu disini, berprestasi disini, tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan lebih memperhatikan pelajaran. Karena apabila tidak, tentu saja akan jadi sangat memalukan dan saya akan terlihat seperti anak yang nggak berguna. Sudah sekolah di swasta, masih terus mengecewakan saja. Dan Alhamdulillah niat saya behasil. Saya Ikut lomba ini, berpartisipasi dalam kegiatan itu, dan banyak. Saya pun merasa menjad kolektor serftifikat pada saat saya SMK. Apapun saya ikuti. Saya berhasil sampai ke Grand Final lomba Fiesta Cooking, lalu juara 3 Lomba Perahu Naga di sungai Kali Mas, prestasi akademik saya pun tidak mengecewakan. Paling tidak saya terlihat menonjol dibanding teman-teman, meskipun saya tahu apabila dibandingan dengan anak SMA, saya nggak akan begitu terlihat dikarenakan perbedaan materi yang diajarkan antara SMK dan SMA. Tapi paling nggak saya harus bisa meyakinkan bahwa, inilah bidang yang saya kuasai, dan saya nggak mau setengah-setengah dalam menguasai. Kalau bisa bagus, ya dibagusin sekalian aja. Biar mereka tahu, meskipun aku terpaksa masuk sekolah swasta, SEMANGAT KU NGGAK AKAN PATAH ATAUPUN PADAM. Kalau kata Hadouken di lagunya yang berjudul declaration of war sih, “You can try and hurt me, I’ll come back for more”. Gitu.
            Satu lagi alasan kenapa aku serius belajar di SMK. Karena aku sudah lelah jadi bodoh. Sudah lelah jadi orang malas. Sudah lelah nanya ke temen ”Eh, udah selesai? Nyontek dong”. Sudah lelah di suruh maju nggak ngerti apa-apa. Sudah lelah jadi aku yang masih SD, yang gumbulannya anak pinter, apa-apa dikasih contekan, yang tanpa sadar itu sama aja nggoblokin aku sendiri. Sudah lelah jadi aku yang masih SMP, di sekolah aja inget ngerasa pinter, begitu sampe di rumah Cuma bisa ngelamun, tadi di sekolah aku ngapain ya.. lupa.  Aku pingin bisa berdiri pake kakiku sendiri, Lari pake kakiku sendiri, Supaya aku bisa ngejar mimpiku sendiri, dan aku pingin buktiin, Ini loh aku, aku juga bisa sukses, aku juga bisa dapet nilai bagus, aku juga nggak kalah pinter kok, aku nggak mau lagi di pandang rendah, apalagi sama orang tua. Aku mau buktiin kalau aku mau aku pasti  bisa, ngeraih apapun yang aku cita-citakan. Yang aku butuhkan cuma usaha yang nggak setengah-setengah.
            Nggak masalah kalau nantinya aku jauh dari kata Gaul. Aku bisa gaul setelah aku sukses. Aku sama sekali nggak peduli soal eksis, femes, cantik, pacar, BAHKAN ORANG LAIN. Aku Cuma focus sama aku sendiri. Focus berjuang buat ngewujudin mimpi ku sendiri. Masa bodo orang mau rambutnya di cat, mau pake helm banyak tempelan stickernya, mau orang hapenya ada 5, mau mantannya ada ratusan, mau eksis hitz femes se Surabaya, mau dia udah pernal hamil, mau dia apapun aku cuek. Itumah urusan dia. Buat apa kita rasan-rasan. Emang rasan-rasan bisa bikin kita sukses? Bisa nambah pahala kita? Bikin seneng aja nggak. Apalagi kalau rasan-rasan yang nggak masuk akal. Bahkan sampek ngebully atau ngomen orang lain berdasarkan apa yang dia suka. Please itu hak-haknya dia, kalaupun kita nggak suka, cuek aja bisa kan? Mau dia pake seragamnya turping, mau lengennya dilinting, mau lidahnya ditindik, mau dia berisik, mau dia diem aja kayak hantu, mau dia dibilang cabe, mau dia gimanapun aku nggak peduli. Selama dia baik sama aku, dan nggak ada masalah sama aku, Aku sama sekali nggak peduli sama cara berekspresi mereka. Tapi nggak semua orang bisa kayak aku, dan kebanyakan yang aku lihat mereka bakal ngomen, bahkan nyindir di depan umum. Please, nggak penting banget. Kalaupun aku nggak suka, ya aku tinggal cuek dan bilang  ‘jangan sampe kayak gitu deh’ udah.
            Oke, mulai nggak nyambung karena emosi. Tapi ya itu tadi. Kayak kata Naruto, Kalau kalian pingin bikin aku nyerah, mendingan kalian nyerah aja. Aku nggak akan pernah mau nyerah. Meskipun aku kadang juga goyang, aku nggak akan pernah mau nyerah. Sekalinya nyerah, mimpiku akan hilang. Nggak keterima PTN sama sekali itu bukan akhir dari segalanya. Kalian masih bisa usaha lebih. Entah itu di PTS, ataupun kalau kalian teguh, bisa dicoba SBMPTN tahun depan, tapi pastikan kalian akan usaha jauh lebih keras daripada sekarang. Ngga ada mimpi yang ketinggian, yang ada usaha yang kurang. Di PTS pun aku yakin nggak buruk. Kalian mungkin akan melihat sesuatu yang nggak kalian lihat sebelumnya, selama bersekolah di Negeri. Dan disitulah pandangan kalian akan dirubah. Bahwa nggak selamanya PTN itu yang terbaik. Sebenernya ini cuma masalah polah pikir. Hanya karena orang tua kalian dulunya berhasil di PTN, dan lingkungan juga merasa PTN lebih bergengsi, kemudian anak-anak pun ikut dibesarkan dalam pola pikir yang seperti ini, sebenernya ini sudah salah kaprah. Banyak anak-anak di PTS yang lebih bisa mengembangkan bakat dan potensinya. Hanya karena nggak di terima di PTN terus kalian merasa nggak bahagia, bahkan orang tua kalian. Mau jadi apa generasi penerus bangsa ini, baik sekarang maupun yang akan datang kalau terus terusan di besarkan dalam mindset yang seperti ini.
            Orang tua juga seharusnya berpandangan realistis dan tidak mamaksa anaknya untuk bersekolah di Negeri, atau di Universitas dan tempat-tempat favorit hanya karena masalah gengsi. Kenapa harus malu punya anak sekolah/kuliah di swasta? Harusnya orang tua bangga dengan apapun kemampuan anaknya, dan memberi dukungan, bukan tekanan. Mungkin si anak sudah berusaha sekuat dan seluruh kemampuannya, tapi rezekinya bukan di PTN. Memang, jika dilihat masalah biaya, PTN lebih murah. Tapi pasti ada alasannya kenapa mereka nggak keterima di PTN. Merekapun sebenarnya kecewa dengan hasil mereka sendiri. Tapi kalau harus ditambahi dengan perasaan kecewa para orangtua, mereka bisa jadi akan jatuh lebih dalam lagi. Makanya sangat diperlukan dukungan. Jika anak jatuh, dan merasa kecewa, tapi sebagai orangtua kita menyemangati dan mengatakan hal-hal positif seperti “Nggak papa, jangan sedih, sekolah swasta juga bagus kok, yang penting niat dan semangatnya“ supaya dia tenang. Meskipun mungkin dia tetap akan merasa kecewa untuk beberapa saat, bisa jadi ketika dia sudah masuk PTS dia akan punya tekad untuk memperbaiki kualitas dirinya. Sama seperti yang aku alami.
            Yang terpenting untuk temen-temenku yang masih berjuang adalah Jangan pernah ngerasa Hopeless. Jangan pernah ngerasa kamu bener-bener payah. Kalaupun kenyataannya begitu, tulis aja di tembok kamarmu. KAMU PAYAH. NGGAK BERGUNA. GITU BERANI MIMPI YANG TINGGI-TINGGI? NGACA. BISA APA KAMU. Dan sebagainya. Dan setiap baca itu kalian bisa ngerasa jengkel dan marah terhadap diri kalian sendiri. JANGAN DOWN. Jadikan itu motivasi. Jadikan itu pendorong untuk buktikan bahwa yang kamu tulis di tembok kamarmu itu salah. Dan setelah itu kamu akan berjuang, kamu akan buktikan bawah kamu bisa, kamu bukan pecundang. Seenggaknya itulah apa yang aku lakukan.
            Aku termasuk orang yang menikmati anime dan manga, dan musik-musik Jepang. Dan aku bersyukur bahwa aku lebih menyukai itu dari pada budaya barat. Yang menurutku film dan musik dari barat itu lebih cenderung ke masalah percintaan dan hiburan. Karena aku bukan penikmat budaya barat, ya maaf kalau aku kelihatan sok tau. Tapi serius, aku lebih prefer anime jepang. Di anime dan manga manapun, pasti mengandung makna kerja keras, usaha, mimpi, percaya, persahabatan, sehingga disamping hiburan, banyak motivasi yang aku dapat dari sana. Nggak terkecuali musiknya. Beda dari musik barat yang kebanyakan soal cinta-cintaan, atau yang emo-emoan, musik jepang yang aku tau, banyak banget motivasinya. Dengerin tanpa tau artinyapun, bisa bikin aku semangat. Dan waktu dicari artinya, memang bener nggak jauh-jauh dari itu. Percaya. Usaha. Mimpi. Udah itu-itu aja. Dan itu cocok banget buat aku. Kalau mau minta rekomendasi lagu bagus penyemangat bisa di aku kok, hahaha. Dan dari anime/manga pun banyak mengandung kalimat-kalimat motivasi. Di Naruto contohnya, coba cari di google. Banyak banget. Terus coba tonton/baca anime/manga yang genrenya sports. Sudah pasti banyak motivasinya disana. Salah satu nya adalah ini.
            “Di atas lapangan, semua orang pasti sekali atau dua kali pernah mengalami kejadian memalukan. Tidak ada yang tidak pernah mengalaminya. Hanya saja, Para pemain kelas atas akan langsung berdiri kembali, sebagai penghargaan atas usaha mereka. Pemain menengah akan berdiri kembali setelah beberapa saat. Sedang para pecundang, akan tetap berbaring di tanah.“
-          Takeru Yamato (Eyeshield 21)
Menurutku ini keren. Dan aku mau jadi pemain kelas atas. Aku nggak akan pernah nyerah. Meskipun di banting hingga jatuh, aku mau langsung berdiri. Aku mau percaya, selama aku nggak nyerah, aku nggak akan gagal. Satu lagi quotes menarik yang aku dapet dari grup chating para pejuang monbukagakusho, namanya Yoga.
            “ “Every man is a star; some fights for the shine and stays. Some falls, but failing to stay doesn’t mean they lose their shine. They kept shining until they ran out of their shine. And a shooting star shines brighter than those who stays above. Those were the one people remembered the most.” Itu yang bikin semangat buat ngejar mimpi. Beranilah lawan arus. Karena suatu hari kita yang akan menghidupi mimpi kita sendiri.”
-          Yoga.
            Oleh karena itu kalian nggak perlu takut ngelawan arus, bahkan masuk PTS sekalipun. Selama kalian nggak nyerah, usaha kalian nggak aka nada yang sia-sia. Semangat!