Senin, 07 September 2015

Antara Impian dan Baperan



Mungkin itu judul terbaik yang bisa kupikirkan. Antara Impian dan Baperan. Antara Impianku bisa merasakan pendidikan di Jepang, dan Suasana perasaan dan rasa kebersamaan bersama teman-teman baruku di PKK, dan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya yang rasanya sayang untuk di tinggalkan.
                Seperti yang sudah tertulis di postingan-postingan sebelumnya, aku sedari kecil ini menyimpan impian untuk bisa ke Jepang. Dan aku yang sekarang, sudah mengetahui beberapa cara untuk bisa ke Jepang. Memang banyak, menggunakan uang sendiri pun bisa. Tapi orang yang tidak memikirkan untuk bisa jalan-jalan keluar negeri pun pasti tahu akan butuh biaya yang sangat tidak sedikit untuk bisa mewujudkan hal itu. Salah satu cara yang kuandalkan dan kuperjuangkan adalah dengan menggunakan Beasiswa untuk bersekolah di Jepang. Ya, Beasiswa Monbukagakusho.
                Aku tidak pernah berpikir untuk berkuliah di Indonesia. Terlebih lagi aku memutuskan untuk mengenyam bangku pendidikan di SMK adalah untuk dapat langsung bekerja ketika sudah lulus nanti. Sama sekali tidak ada niatan bahkan persiapan dari jauh-jauh hari untuk mendaftar kuliah. Aku ingin bekerja. Aku ingin mendapatkan uang dari hasil keringatku sendiri. Dan berhenti membebani orang tua.
                Tapi seiring berjalannya masa belajarku di SMK, aku mulai terpengaruh dan terprovokasi oleh lingkunganku, terlebih lagi guru-guru yang menyarankan untuk kuliah terlebih dahulu. Untuk wanita, minimal D3 lah. Akupun mulai terpancing dan bimbang antara kuliah dan kerja, terlebih lagi orang tuaku juga menganjurkanku untuk mencoba mendaftar kuliah. Dan disinilah aku sekarang, menjadi Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dengan Program Studi S1 Pendidikan Tata Boga.
                Sebelum resmi menjadi mahasiswa di UNESA, aku juga mengejar mimpiku untuk mendapatkan beasiswa berkuliah di Jepang dari Monbukagakusho, dengan pilihan Jurusan Home Economics, Program Studi D2 Cooking. Namun karena untuk percobaan pertama aku gagal mendapatkannya, dan aku dikehendaki untuk masuk dan bergabung di UNESA, maka jadilah aku sekarang.
                Aku bangga bisa masuk UNESA, aku senang bisa menjadi bagian dari UNESA, dari Fakultas Teknik di UNESA, dari Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT UNESA. Walau baru sekitar 10 hari, rasanya benar-benar sayang untuk meninggalkan ini, jika nanti aku berhasil berangkat ke Jepang melalui Beasiswa Monbukagakusho itu.
                Sekarang permasalahannya adalah aku kehilangan kemantapan dan keyakinan akan peganganku yang waktu itu kukuh untuk meninggalkan S1 ku demi D2 ku di Jepang. Yang aku pikirkan adalah;
1. Orang tuaku sudah menghabiskan banyak dana untuk S1 ini, walaupun aku masuk melalui jalur SBMPTN.
2. Apa kata kakak-kakak senior atau dosen atau orang-orang yang mempercayaiku untuk menyelesaikan studi di UNESA ini dengan tepat waktu, tapi malah kutinggalkan dan tidak ku selesaikan.
3. Dengan meninggalkan S1 di Indonesia untuk D2 dengan sertifikasi Internasional adalah sebuah langkah Kemunduran.
                Tapi selain itu juga, aku juga tahu akan pepatah atau quotes yang mengatakan bahwa, “Kamu tidak akan bisa mendapatkan sesuatu yang hebat, apabila kamu tidak dapat membuang sesuatu.” Atau yang sejenis dengan itu.
                Aku sudah berkonsultasi dengan kedua orang tua ku, tapi tak menemukan jalan keluar. Mereka lebih mendukungku untuk menyelesaikan Studiku di Indonesia daripada harus berhenti untuk mengejar D2 di Jepang. Tapi apabila aku menyelesaikan S1 ku disini, aku akan kehilangan kesempatan untuk merasakan bangku pendidikan di Jepang karena aku telah melewati batas umurku untuk applying beasiswa. Memang benar, ada kesempatan untuk mengikuti S2, tapi Jurusan apa yang sesuai dengan jurusanku sekarang? Aku juga tidak begitu muluk-muluk menginginkan S2. Yang aku inginkan hanyalah kemampuan yang diakui dalam dunia kerja. Aku ingin cepat bekerja dan membangun bisnis ku sendiri. aku bukan tipe orang yang menyukai kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan ilmuwan atau researcher. Sejujurnya saja aku juga tidak begitu muluk menginginkan S1.
                Bukankah akan ada saja kesempatan untuk bekerja di Jepang seusai lulus S1? Ditambah lagi di akhir tahun 2015 MEA akan berlangsung. Memang benar, dengan berlangsungnya MEA mungkin akan membuka peluang untukku bekerja di Jepang. Tapi aku tak semata-mata ingin pergi ke Jepang untuk bekerja. Memang waktu kecil aku menginginkan pergi ke Jepang untuk jalan-jalan. Kemudian aku menginginkan ke Jepang dan tinggal disana untuk waktu yang agak lama. Kemudian aku sadar mungkin aku bisa bekerja disana. Tapi aku kembali dibukakan mata bahwa aku mungkin akan mendapatkan sesuatu yang tak kudapatkan disini dengan mencicipi bagaimana kualitas pendidikan disana. Kalau soal bagaimana bekerja disana, dengan melihat di Internet saja aku bisa membayangkan bagaimana beratnya. Tapi untuk bersekolah, aku sama sekali tak bisa membayangkannya. Aku ingin bisa merasakannya sendiri.
                Aku berpikiran untuk berkonsultasi kepada dosen di tempatku sekarang, tapi apakah aku akan menemukan jalan keluar? Yang aku pikirkan dan aku bayangkan, mungkin saja aku akan ditahan dan diminta untuk menyelesaikan studi disini dulu sama seperti yang orangtuaku katakan. Kalau aku berkonsultasi kepada Senseiku, aku pasti akan di dukung untuk mengejar mimpiku di Jepang, dan akan membuatku terlalu bersemangat. Aku butuh seseorang yang sekiranya netral yang mungkin bisa membantuku menyelesaikan masalah ini dan membantuku memilih apa yang harus kupilih.
                Aku sendiri tahu ini bukanlah sesuatu yang bisa diputuskan oleh orang lain melainkan aku sendiri, karena ini jalan hidupku sendiri, pilihanku sendiri, dan setiap pilihan sulit pasti akan ada resiko dibaliknya. Pilihan manapun yang ku ambil takkan ada yang tau hasilnya seperti apa, yang perlu kupastikan adalah aku takkan menyesal dengan pilihan itu. Semoga seiring berjalannya waktu aku bisa menjadi pembuat keputusan yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar