Jumat, 31 Juli 2015

Malam Inagurasi SMKTAG 2015/2016

Kemarin malem aku ke sekolah (atau mungkin ex-sekolah) buat lihat Pensi yang diadakan di sekolah dan dikerjakan oleh adik-adik kelas. Well, It turned out good!
Panggung
Keren bangeeet stagenyaa, apalagi lightingnya. sejujurnya lebih suka model kaya gini dibandingan banyak tempelan sponsor kayak tahun lalu, tapi yaa kalau sudah di kasih sponsor ya nggak bisa nolak sih. tapi bener deh, Lightingnya ini jos banget, apalagi pas malem, nyentrongnya sampek ke jalan! pager pembatasnya juga banyak banget, daripada tahun kemarin. dan pintu masuknya pun keren, banyak pagernya. sepertinya pengamanan tahun ini lebih ketat dari pada tahun lalu. wehehe.



Keren banget toh lightingnyaa. Acaranya juga nggak ngebosenin sih, walaupun aku banyak nggak tahu soal guest starnya, tapi paling nggak nggak ada waktu kosong atau waktu nganggur di panggung kecuali check sound. Panitia, Good Job!
Moment pas buat reunian, Hehehe
Looking forward for next year!

Selasa, 14 Juli 2015

DARE TO DREAM, DARE TO STRUGGLE.



            Oke, mungkin ini saat-saat berat untuk kita. Saat-saat kita menentukan langkah kita berikutnya. Terutama untuk para pelajar. Mau melanjutkan kemana kita setelah ini? Aku harus masuk PTN atau Sekolah Negeri. Pasti itu yang ada di pikiran, Mayoritas. Mungkin ini saat-saat berat untuk kita, terutama untuk mereka yang belum berhasil duduk di bangku studi milik negeri. Karena kali ini saya berada di level dimana saya harus melanjutkan kuliah di universitas, maka saya akan membahas permasalahan PTN ini. Bukan PTN nya, lebih tepatnya... saya berusaha memberi semangat, melalui kenyataan.
            Terus terang saja, mendengar keluhan teman-teman seangkatan saya tentang bagaimana mereka terus menerus ditolak oleh PTN 3 kali berturut-turut, baik yang satu sekolah dengan saya maupun tidak, Saya ikut Sedih. Karena saya sudah tenang telah diterima PTN yang saya tuju, tapi bukan yang saya idam-idamkan, walau begitu, saya tetap bersyukur bisa diterima di PTN melalui jalur tes tulis yang pada saat itu, saya benar-benar pesimis dan pasrah terhadap hasil saya nantinya. Jujur, saya nggak terlalu ngoyoh untuk masuk PTN, karena dari awal saya sudah ringan hati, masuk PTS Murah pun nggak masalah buat saya. Saya belajar sebisanya saja. Bahkan nggak lebih ngoyoh daripada saya belajar untuk beasiswa Monbukagakusho.
            Banyak keluhan dari teman-teman saya yang berkata, “Usaha saya sudah maksimal, saya juga sudah berdoa, sampai cium kaki orang tua pun saya lakukan. Kenapa masih belum berhasil? Apa yang kurang dari saya?“, paling tidak rata-rata seperti itu lah yang mereka rasakan dan mereka ucapkan. Saya merasa sedih, tapi disisi lain saya merasa.... bahwa ini adil. Tapi mungkin juga terlalu kejam untuk saya mengatakan ‘ini adil’ di depan mereka yang tidak punya cukup biaya untuk kuliah dan mengandalkan jalur negeri untuk meringankan biaya. Tapi dunia ini berputar, kalau kalian ada usaha untuk terus mengayuh roda itu agar terus berputar, pasti akan ada cara untuk kalian menikmati apa yang telah kalian usahakan. Allah itu nggak tidur.
            Kenapa saya bilang ini Adil? Karena saya telah merasakan ketidakadilan pada masa saya memasuki jenjang SMA/SMK. Hanya angkatan saya yang tahu kenapa. Saya yang dengan jujur menggunakan otak saya sendiri, dipaksa untuk menyingkir dari kesempatan masuk sekolah negeri hanya karena ‘Itu‘. Wahai kalian teman-teman yang bersekolah di SMA/SMK negeri yang seangkatan dengan saya dan menggunakan ’Itu‘, pernahkah merasakan hal ini? Membayangkan rasanya jadi saya? Saya sampai dengan jahatnya mencoba menggunakan jalur gakin hanya untuk bisa bersekolah di Negeri padahal seharusnya masih banyak dari mereka yang membutuhkan jalur gakin itu? Kalian jahat, dan kalian memaksa saya menggunakan jalur yang jahat pula untuk sekolah di Negeri. Untung saja, saya tidak berhasil masuk sekolah negeri itu menggunakan jalur Gakin. Saya tau itu bukan cara yang bagus. Saya akan malu kepada diri saya sendiri apabila saya benar-benar diterima melalui jalur Gakin itu, meskipun orang tua saya bilang “nggak papa“.
            Saya pun akhirnya Ikhlas dan pasrah, namun tetap mencari sekolah swasta yang sekiranya baik untuk saya. Saya nggak butuh berada di sekolah favorit hanya untuk kepentingan gengsi atau status sosial. Orang tua saya selalu bilang hal yang sama sejak saya baru masuk SMP. Dimanapun sekolahmu, yang penting itu niat dan semangatmu. Aku belum begitu menyadari hal itu waktu SMP, tapi aku mulai mengerti saat aku benar-benar dengan sangat terpaksa harus bersekolah di swasta. Di lihat secara kenyataanpun, mungkin di SMP aku masih teralu sering membuang-mbuang waktu, tidak memperhatikan pelajaran, dan benar-benar jauh dari doa. Dan saya sama sekali tidak menghasilkan apa-apa pada saat SMP melainkan Cuma kenangan bermain yang mengasyikkan bersama teman-teman.
            Akhirnya di SMK ini saya benar-benar berniat untuk berubah. Saya ingin jadi lebih baik. Saya ingin paling tidak bisa menghasilkan sesuatu disini, berprestasi disini, tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan lebih memperhatikan pelajaran. Karena apabila tidak, tentu saja akan jadi sangat memalukan dan saya akan terlihat seperti anak yang nggak berguna. Sudah sekolah di swasta, masih terus mengecewakan saja. Dan Alhamdulillah niat saya behasil. Saya Ikut lomba ini, berpartisipasi dalam kegiatan itu, dan banyak. Saya pun merasa menjad kolektor serftifikat pada saat saya SMK. Apapun saya ikuti. Saya berhasil sampai ke Grand Final lomba Fiesta Cooking, lalu juara 3 Lomba Perahu Naga di sungai Kali Mas, prestasi akademik saya pun tidak mengecewakan. Paling tidak saya terlihat menonjol dibanding teman-teman, meskipun saya tahu apabila dibandingan dengan anak SMA, saya nggak akan begitu terlihat dikarenakan perbedaan materi yang diajarkan antara SMK dan SMA. Tapi paling nggak saya harus bisa meyakinkan bahwa, inilah bidang yang saya kuasai, dan saya nggak mau setengah-setengah dalam menguasai. Kalau bisa bagus, ya dibagusin sekalian aja. Biar mereka tahu, meskipun aku terpaksa masuk sekolah swasta, SEMANGAT KU NGGAK AKAN PATAH ATAUPUN PADAM. Kalau kata Hadouken di lagunya yang berjudul declaration of war sih, “You can try and hurt me, I’ll come back for more”. Gitu.
            Satu lagi alasan kenapa aku serius belajar di SMK. Karena aku sudah lelah jadi bodoh. Sudah lelah jadi orang malas. Sudah lelah nanya ke temen ”Eh, udah selesai? Nyontek dong”. Sudah lelah di suruh maju nggak ngerti apa-apa. Sudah lelah jadi aku yang masih SD, yang gumbulannya anak pinter, apa-apa dikasih contekan, yang tanpa sadar itu sama aja nggoblokin aku sendiri. Sudah lelah jadi aku yang masih SMP, di sekolah aja inget ngerasa pinter, begitu sampe di rumah Cuma bisa ngelamun, tadi di sekolah aku ngapain ya.. lupa.  Aku pingin bisa berdiri pake kakiku sendiri, Lari pake kakiku sendiri, Supaya aku bisa ngejar mimpiku sendiri, dan aku pingin buktiin, Ini loh aku, aku juga bisa sukses, aku juga bisa dapet nilai bagus, aku juga nggak kalah pinter kok, aku nggak mau lagi di pandang rendah, apalagi sama orang tua. Aku mau buktiin kalau aku mau aku pasti  bisa, ngeraih apapun yang aku cita-citakan. Yang aku butuhkan cuma usaha yang nggak setengah-setengah.
            Nggak masalah kalau nantinya aku jauh dari kata Gaul. Aku bisa gaul setelah aku sukses. Aku sama sekali nggak peduli soal eksis, femes, cantik, pacar, BAHKAN ORANG LAIN. Aku Cuma focus sama aku sendiri. Focus berjuang buat ngewujudin mimpi ku sendiri. Masa bodo orang mau rambutnya di cat, mau pake helm banyak tempelan stickernya, mau orang hapenya ada 5, mau mantannya ada ratusan, mau eksis hitz femes se Surabaya, mau dia udah pernal hamil, mau dia apapun aku cuek. Itumah urusan dia. Buat apa kita rasan-rasan. Emang rasan-rasan bisa bikin kita sukses? Bisa nambah pahala kita? Bikin seneng aja nggak. Apalagi kalau rasan-rasan yang nggak masuk akal. Bahkan sampek ngebully atau ngomen orang lain berdasarkan apa yang dia suka. Please itu hak-haknya dia, kalaupun kita nggak suka, cuek aja bisa kan? Mau dia pake seragamnya turping, mau lengennya dilinting, mau lidahnya ditindik, mau dia berisik, mau dia diem aja kayak hantu, mau dia dibilang cabe, mau dia gimanapun aku nggak peduli. Selama dia baik sama aku, dan nggak ada masalah sama aku, Aku sama sekali nggak peduli sama cara berekspresi mereka. Tapi nggak semua orang bisa kayak aku, dan kebanyakan yang aku lihat mereka bakal ngomen, bahkan nyindir di depan umum. Please, nggak penting banget. Kalaupun aku nggak suka, ya aku tinggal cuek dan bilang  ‘jangan sampe kayak gitu deh’ udah.
            Oke, mulai nggak nyambung karena emosi. Tapi ya itu tadi. Kayak kata Naruto, Kalau kalian pingin bikin aku nyerah, mendingan kalian nyerah aja. Aku nggak akan pernah mau nyerah. Meskipun aku kadang juga goyang, aku nggak akan pernah mau nyerah. Sekalinya nyerah, mimpiku akan hilang. Nggak keterima PTN sama sekali itu bukan akhir dari segalanya. Kalian masih bisa usaha lebih. Entah itu di PTS, ataupun kalau kalian teguh, bisa dicoba SBMPTN tahun depan, tapi pastikan kalian akan usaha jauh lebih keras daripada sekarang. Ngga ada mimpi yang ketinggian, yang ada usaha yang kurang. Di PTS pun aku yakin nggak buruk. Kalian mungkin akan melihat sesuatu yang nggak kalian lihat sebelumnya, selama bersekolah di Negeri. Dan disitulah pandangan kalian akan dirubah. Bahwa nggak selamanya PTN itu yang terbaik. Sebenernya ini cuma masalah polah pikir. Hanya karena orang tua kalian dulunya berhasil di PTN, dan lingkungan juga merasa PTN lebih bergengsi, kemudian anak-anak pun ikut dibesarkan dalam pola pikir yang seperti ini, sebenernya ini sudah salah kaprah. Banyak anak-anak di PTS yang lebih bisa mengembangkan bakat dan potensinya. Hanya karena nggak di terima di PTN terus kalian merasa nggak bahagia, bahkan orang tua kalian. Mau jadi apa generasi penerus bangsa ini, baik sekarang maupun yang akan datang kalau terus terusan di besarkan dalam mindset yang seperti ini.
            Orang tua juga seharusnya berpandangan realistis dan tidak mamaksa anaknya untuk bersekolah di Negeri, atau di Universitas dan tempat-tempat favorit hanya karena masalah gengsi. Kenapa harus malu punya anak sekolah/kuliah di swasta? Harusnya orang tua bangga dengan apapun kemampuan anaknya, dan memberi dukungan, bukan tekanan. Mungkin si anak sudah berusaha sekuat dan seluruh kemampuannya, tapi rezekinya bukan di PTN. Memang, jika dilihat masalah biaya, PTN lebih murah. Tapi pasti ada alasannya kenapa mereka nggak keterima di PTN. Merekapun sebenarnya kecewa dengan hasil mereka sendiri. Tapi kalau harus ditambahi dengan perasaan kecewa para orangtua, mereka bisa jadi akan jatuh lebih dalam lagi. Makanya sangat diperlukan dukungan. Jika anak jatuh, dan merasa kecewa, tapi sebagai orangtua kita menyemangati dan mengatakan hal-hal positif seperti “Nggak papa, jangan sedih, sekolah swasta juga bagus kok, yang penting niat dan semangatnya“ supaya dia tenang. Meskipun mungkin dia tetap akan merasa kecewa untuk beberapa saat, bisa jadi ketika dia sudah masuk PTS dia akan punya tekad untuk memperbaiki kualitas dirinya. Sama seperti yang aku alami.
            Yang terpenting untuk temen-temenku yang masih berjuang adalah Jangan pernah ngerasa Hopeless. Jangan pernah ngerasa kamu bener-bener payah. Kalaupun kenyataannya begitu, tulis aja di tembok kamarmu. KAMU PAYAH. NGGAK BERGUNA. GITU BERANI MIMPI YANG TINGGI-TINGGI? NGACA. BISA APA KAMU. Dan sebagainya. Dan setiap baca itu kalian bisa ngerasa jengkel dan marah terhadap diri kalian sendiri. JANGAN DOWN. Jadikan itu motivasi. Jadikan itu pendorong untuk buktikan bahwa yang kamu tulis di tembok kamarmu itu salah. Dan setelah itu kamu akan berjuang, kamu akan buktikan bawah kamu bisa, kamu bukan pecundang. Seenggaknya itulah apa yang aku lakukan.
            Aku termasuk orang yang menikmati anime dan manga, dan musik-musik Jepang. Dan aku bersyukur bahwa aku lebih menyukai itu dari pada budaya barat. Yang menurutku film dan musik dari barat itu lebih cenderung ke masalah percintaan dan hiburan. Karena aku bukan penikmat budaya barat, ya maaf kalau aku kelihatan sok tau. Tapi serius, aku lebih prefer anime jepang. Di anime dan manga manapun, pasti mengandung makna kerja keras, usaha, mimpi, percaya, persahabatan, sehingga disamping hiburan, banyak motivasi yang aku dapat dari sana. Nggak terkecuali musiknya. Beda dari musik barat yang kebanyakan soal cinta-cintaan, atau yang emo-emoan, musik jepang yang aku tau, banyak banget motivasinya. Dengerin tanpa tau artinyapun, bisa bikin aku semangat. Dan waktu dicari artinya, memang bener nggak jauh-jauh dari itu. Percaya. Usaha. Mimpi. Udah itu-itu aja. Dan itu cocok banget buat aku. Kalau mau minta rekomendasi lagu bagus penyemangat bisa di aku kok, hahaha. Dan dari anime/manga pun banyak mengandung kalimat-kalimat motivasi. Di Naruto contohnya, coba cari di google. Banyak banget. Terus coba tonton/baca anime/manga yang genrenya sports. Sudah pasti banyak motivasinya disana. Salah satu nya adalah ini.
            “Di atas lapangan, semua orang pasti sekali atau dua kali pernah mengalami kejadian memalukan. Tidak ada yang tidak pernah mengalaminya. Hanya saja, Para pemain kelas atas akan langsung berdiri kembali, sebagai penghargaan atas usaha mereka. Pemain menengah akan berdiri kembali setelah beberapa saat. Sedang para pecundang, akan tetap berbaring di tanah.“
-          Takeru Yamato (Eyeshield 21)
Menurutku ini keren. Dan aku mau jadi pemain kelas atas. Aku nggak akan pernah nyerah. Meskipun di banting hingga jatuh, aku mau langsung berdiri. Aku mau percaya, selama aku nggak nyerah, aku nggak akan gagal. Satu lagi quotes menarik yang aku dapet dari grup chating para pejuang monbukagakusho, namanya Yoga.
            “ “Every man is a star; some fights for the shine and stays. Some falls, but failing to stay doesn’t mean they lose their shine. They kept shining until they ran out of their shine. And a shooting star shines brighter than those who stays above. Those were the one people remembered the most.” Itu yang bikin semangat buat ngejar mimpi. Beranilah lawan arus. Karena suatu hari kita yang akan menghidupi mimpi kita sendiri.”
-          Yoga.
            Oleh karena itu kalian nggak perlu takut ngelawan arus, bahkan masuk PTS sekalipun. Selama kalian nggak nyerah, usaha kalian nggak aka nada yang sia-sia. Semangat!

Sabtu, 11 Juli 2015

Fighting for my dreams! [Part 3]



            Selamat datang di catatan ketiga perjalananku mewujudkan mimpi! mwuehehehek. Di bagian ini aku bakal cerita pengalamanku mengkuti tes tulis monbukagakusho, kemarin siang yang kebetulan aku ikut serta di Surabaya yang karena aku memang orang Surabaya dan tempat pelaksanaannya adalah di Fakultas Ilmu Budaya Kampus B Universitas Airlangga, yang kebetulan, dulu kampus ini lah yang aku idam-idamkan sastra jepangnya sejak pertama kali datang ke event tahunan mereka yaitu Japanese World. Tapi rejeki berkata lain, hahaha.
            Nah, Karena sudah biasa kesini, jadi nggak bingung lagi mau parkir dimana, gedung fakultasnya dimana, udah kayak bener-bener hafal aja. Begitu parkir langung masuk langsung naik ke lantai 3. Oh, sebelumnya waktu berangkat sempet panik juga. Jadi ceritanya, malam sebelumnya aku pesen waist bag uchihanya kizaruanimanga, dan pembayarannya 1x24 jam. Sebenernya gampang aja kan, tinggal ke atm dan transfer. But too bad! Saldo ku habis… jadi terpaksa harus ngisi dulu deh baru transfer. Dan waktu mau ngisi, ternyata antrinya panjaaang. Mampus. Mau nggak mau ngantri deh. Sebenernya aku berangkat jam setengah 11. Perkiraan perjalanan sekitar satu jam, jadinya bakalan sampek di unair jam setengah 12an. Tapi ternyata... harus antri setengah jam buat transfer doaaang!!
            Tapi perkiraan waktu masih ada. Urusan waist bag selesai tepat pukul 11. Yang artinya bakal sampek unair jam 12. Masih ada waktu! Dan ternyataaaaa ban motorku gembos. Terlalu gembos untuk dibuat goncengan sama kembaranku. Untung di deket situ ada tukang tambal ban. Di pumpa aja lah bentar langsung cuusss Ke Kampus B Unair.
            Karena Excited sama program Monbukagakusho, dan sempet lihat majalahnya juga di perpustakaan smp dulu,  jadinya aku dan kembaranku mulai berpikiran yang aneh aneh, seperti; nanti ada bannernya nggak ya? Ada tulisan monbu nya nggak ya? Pengen foto biar ada kenang-kenangan! Begitulah tingkah polos kami. Hm!
            Kembali ke cerita utama, setibanya di lantai 3 Fakultas Ilmu budaya, terlihat beberapa peserta juga sudah menunggu dimulainya registrasi ujian. Jadi jadwalnya adalah sebagai berikut:
1.      12.45-13.15     Registrasi
2.      13.15-13.30     Penjelasan
3.      13.35-14.35     Ujian Matematika
4.      14.45-15.45     Ujian Bahasa Inggris

            Berhubung aku dateng pas jam 12, jadi masih ada waktu sekitar 45 menit buat santai habis perjalanan jauh. DISINILAH YANG AKU SESALKAN. Kenapa? Akan dibahas setelah ujian mulai. Yah, lebih milih santai karena aku nggak mau stress duluan lihat soal-soal tahun lalu yang kebanyakan nggak bisa tak kerjakan, khususnya matematika. Jadinya lebih milih guyonan cekikikan disana. Dan sepertinya suaraku paling keras diantara mereka-mereka yang diam dengan buku pelajarann dan soal-soal latihan.
Setelah ditunggu-tunggu, Registrasi pun dimulai. Semua langsung otomatis baris gitu, keren. Nggak tau kenapa, menurut apa yang aku lihat, kebanyakan yang ikut ujian monbu ini adalah orang-orang yang.... yah bisa dibilang dewasa, tahu sopan santun, dan memikirkan masa depannya dengan serius. Beda sama mereka-mereka yang ikut ujian berebut bangku kuliah di Indonesia yang kebanyakan didasari oleh gengsi dan status sosial.

Sedikit aku belokkan lagi ya topiknya. Seperti yang kubilang di artikel sebelumnya, Aku sudah keterima kuliah di Prodi S1 Pendidikan Tata Boga Universitas Negeri Surabaya. Banyak orang ngucapin selamat karena menurut mereka aku sudah berhasil, dan kebanyakan dari mereka ikut seneng dan bangga. Ya nggak bisa dipungkiri juga, aku juga seneng dan bangga akhirnya apa yang ku tuju benar-benar kuraih. Tapi aku tetep akan  kukuh ngejar D2 Cooking Monbukagakusho. Buat orang awam mungkin ini hal yang bodoh ya.

Akupun begitu, waktu selesai tes tulis ini, sempet ngerasa eman banget sudah dapat S1, tapi masih berjuang buat D2. Mana konsekuensi nya bila semua ujian beasiswa ini bener-bener lancar sampai aku bener bener fix berangkat ke Jepang ( Amiiiiin ;w;), aku harus ninggalin kuliah S1 ku di Unesa. Sempet goyang, beneran sempet goyang. Sampe aku minta pencerahan sama Sensei ku waktu masih di SMK, lewat BBM. Isi percakapannya seperti ini: (A untuk Aku, S untuk Sensei), dan ceritanya sensei ku ini dulunya juga ikut monbukagakusho dan berangkat.

A: Sensei, mau tanya. Kan ternyata saya kemarin keterima di Pend. Tata Boga Unesa. Terus kalau misalnya monbu saya lolos sampek fix berangkat gimana? Apa saya harus ninggal yang di unesa?
S: Iya, kamu harus ninggalkan yang Unesa. Kesempatan ke Jepang itu kamu menyingkirkan ribuan orang. Jadi kamu harus milih yang ke Jepang
A: Waaah..... Sbmptn juga ribuan orang, Sensei. Sebenernya sayang juga ninggal S1, kalau beneran jadi berangkat. Tapi kalau di pikir-pikir lagi, Monbu itu ribuannya juga dari luar negeri ya sensei...
S: Ya, betul. Untuk di Jepang aja kalau kamu biaya sendiri per semester  itu bisa sampai 50 juta. Terus biaya hidup perbulan minimal 10 juta. Pesawat PP sudah diatas 10 juta. Kalau naik JAL segitu nggak boleh. Coba di pikirkan, Pengalaman juga jauh beda karena jauh dengan orang tua. Pasti lebih mandiri, Level bukan  Nasional tapi Internasional, kalau aku nggak kepikiran kalau di Indonesia. Kapanpun kamu bisa tempuh kalau di Indonesia. Tapi kesempatan di Jepang nilai kamu pasti Plus. Gimana tadi Ujiannya? Bisa? Kemandirian, Level Internasional, Bahasa Jepang, itu nilai plusnya. Bisa juga kamu coba kerja di sana bila lulus. Uang bisa di save untuk masa depan dan modal bila kamu mau kerja walau mungkin hanya dua tahun. Bisa juga transfer ke S1. Terserah mau pilih yang mana.
 A: Hmm, Bener juga sensei, jadi lebih yakin milih ke Jepang Sekarang. Ujiannya tadi lumayan sensei, Matematikanya sebenernya lebih gampang dari tahun lalu, Cuma gara-gara aku belajarnya lompat lompat biar rata jadinya ada yang lupa, ada yang asal ketemu jawabannya aja, tapi tetep tak isi hahaha. Kalau bahasa inggrisnya sih lancar Alhamdulillah sensei. Temen-temen di grup peserta monbu tahun ini juga bilang sama.
S: Group peserta bilang gitu tapi kamu nggak tau level mereka lo, Jadi banyak doa aja.
A: Iya senseei, Pastiii. Amiin.
S: Besar harapan saya kamu bisa ke sana. Pengumumannya kapan? Aku dikabari yaa
A: Amiin, Ya Allah :’). Tanggal 5 Agustus, Senseii nanti pasti saya kabarii
S: Semoga Ya Alloh. Amin. Kamu akan punya pikiran beda bila disana. Karena kamu akan kumpul banyak orang dari berbagai negara. Senangnya itu ndak bisa di omong. Karena Spp Gratis. Dapet uang bulanan lagi.
A: Iya senseiii *w* Nanti kalau ada apa-apa saya Tanya sensei lagi yaaa
S: Silahkan Kapanpun.

            Setelah percakapan sangar ini, aku jadi lebih mantep buat memperjuangkan beasiswa ini. Mungkin aku lupa kalau bisa sampek di jepang, entah itu untuk kuliah atau untuk kerja, adalah mimpiku dari kecil. Jadi aku harus percaya sama mimpi ku kalau aku mau mimpi itu terwujud. Sempet baca postingan di timeline Line juga, kalau jaman sekarang itu seharusnya nggak berpacu pada gengsi harus gelar S1, atau kuliah/sekolah di tempat favorit. Kalau ujung-ujungnya pengangguran dan nggak berperan banyak dan positif dalam pembangunan Indonesia.  Kuliah itu bukan lagi ajang pencarian Gelar. Jaman sekarang gelar ngga ada jaminannya. Ilmu dan Pengalaman, itulah point yang lebih penting. Ibarat percuma nilai bagus, percuma hasil bagus, tapi kita lupa point penting dalam prosesnya. Kita lebih mentingin hasil yang bagus dari pada ilmu yang di dapet waktu “proses”. Mamaku juga bilang, yang penting itu Ilmu, kalau kamu sudah dapat ilmunya, tinggal bagaimana kamu menerapkan. Pada saat pelamaran kerja pun, nggak jadi jaminan Gelar itu kalau nggak punya Ilmu dan pengalaman. Bahkan waktu sama-sama interview pekerjaan misalnya, bisa aja S1 yang belum pengalaman kerja itu kalah sama anak SMK yang sudah pernah magang. See? Ini bukan jamannya lagi jadi Sarjana terus ngelamar jadi PNS. Sekarang jamannya Entrepreneur. Dimana sukses karena usaha sendiri lebih membanggakan dan menjanjikan daripada mengandalkan PNS yang mungkin yang kalian kejar hanya pensiunannya. Yah, tapi kembali ke pandangan masing-masing orang mengenai ini. Kalau aku, ya seperti ini didikanku.

            Oke kembali ke topik. Setelah Registrasi, perserta yang tadinya nunggu diluar dibagi menjadi dua ruangan, dan yang dipake adalah  ruang herodotus (kalau nggak salah nama) dan ruang Prapanca, dan as I expected, aku dan kembaranku berada di satu ruangan. Satu ruangan juga sama perserta dari luar surabaya yang aku kenal lewat line, hehee Ragil namanya. Begitu dijelaskan peraturannya, soal matematika dibagikan. Dan nggak tau kenapa, reaksi pertamaku begitu buka soalnya adalah ketawa. Nggak ketawa juga sih, aku senyum, dan ketawa dalam hati.
Aneh ya, tapi aku suka ngerasa Excited sendiri lihat soal-soal tes yang aku pelajari dengan serius. Sama kayak waktu aku ikut JLPT, dan SBMPTN.

            Tapi ini beneran  lucu. Aku ngerasa seneng, excited, tapi aku belum tau bisa jawab semuanya apa nggak. Karena seperti yang aku bilang ke senseiku tadi, soal ini lebih gampang daripada soal-soal latihan tahun lalu. Begitu dibagi masih belum boleh ngerjain. Tapi aku sudah pengen banget ngerjain soal ini. Walaupu akhirnya yang nggak tak jawab lumayan banyak juga. Walaupun akhirnya ketika satu jam berlalu kepalaku panas juga, ngerasa pusing juga. Tapi yang terpenting, aku sudah mengerahkan semua yang sudah aku siapkan 10 hari sebelum tes tulis ini. Sisanya tinggal doa. Fyi, kita dikasih kertas hvs putih untuk coret-coretan. Tapi coret-coretan itu juga dikumpulkan.

            Tapi ada satu yang bikin aku mikir,  “Nggak bisa ta kembali ke waktu 30 menit sebelum ujian?“. Ya, DISINILAH YANG AKU SESALKAN. Di waktu ngerjain itu aku terus terusan mikir, kenapa tadi aku nggak ngereview soal-soal latihan dulu, kenapa nggak baca-baca dulu meskipun Cuma sekedar lihat. Kenapa? NO. 3 INI TIPE SOAL PARABOLA, TAPI SEHARUSNYA INI SOAL GAMPANG. SERIUSAN. DAN AKU LUPA. BENER-BENER LUPA. AKU INGET, TAPI AKU NGGAK TAU YANG TAK INGET INI BENER APA NGGAK. Makannya.... sekedar nasihat buat yang mau tes tulis monbukagakusho... berdasarkan pengalaman saya.... semales  apapun kalian lihat soal latihan, se siap apapun kalian, di bacalah dikit dikit sebelum ujian mulai. Dariku yang berakhir menyesal. #slapped

            Baiklah, menyesal selalu muncul di belakang, and we can do nothing about it but to keep going, right? Akhirnya aku berusaha melupakan itu semua dan berpasrah aja gimana hasilnya. Karena daripada dipikirin terus, lebih baik aku memaksimalkan nilai bahasa inggris, yang menurutku, lebih aku kuasai daripada matematika.  

            Jadi, setelah ujian matematika selesai, kita dikasih waktu sekitar 10 menit buat ke toilet. Tapi aku sama sekali nggak ada keinginan buat ke toilet. Jadinya, 10 menit kemudian, soal bahasa inggris di bagikan.  Aku duduk di pojok kiri depan, jadinya tiap pembagian soal aku selalu dapet pertama. Begitu dikasih soalnya, langsung aku buka. Dan excited seperti biasanya. Apalagi bahasa inggris. Langsung sikat.

            Untuk ujian bahasa inggris kali ini ada yang beda. Kalau di 3 tahun sebelumnya itu ada bagian arranging sentence, tahun ini beda. Jadi nanti kita disediakan satu paragraph atau bahkan satu artikel, dimana banyak missing words. Kira kira ada 10 missing words kalau nggak salah. Entahlah, cukup banyak pokoknya, cukup bikin otak kebolak balik. Tapi pada dasarnya sama, Arranging. Seperti yang diperkirakan, semua soal kejawab sebelum waktu habis, jadi  ada waktu buat nganggur-nganggur gitu. Tapi beneran deh, punggung ku tiba-tiba pegel.

            Setelah waktu habis, semua soal dan jawaban diambil oleh pihak panitia. Kemudian panitia mengumumkan bahwa hasil tes tulis bisa dilihat di website kedubes tanggal 5 Agustus 2015 Setelah jam makan siang.  Dan setelahnya, Ujian dinyatakan selesai dan semua peserta bubar.

            Lega banget semuanya sudah selesai. Paling nggak setelah ini relax sebentar lah. Setelah ujian selesai aku nggak langsung pulang, tapi aku duduk-duduk di joglo yang ada di depan FIB Unair. Lumayan ada colokan buat nge-charge hape. Sekalian nunggu jam 5 terus ke milkme buka puasa disana. Dan sudah pasti, aku ngecek group line. Dan kebanyakan dari mereka berpendapat sama mengenai tes tulis kali ini. Tapi yang bikin aku ketawa adalah kebanyakan dari meraka bilang. Habis ini ngapain? Tidur aja. Nanti bangun tanggal 5 agustus. Hahaha

            Well, segini dulu, sampai jumpa tanggal 5 atau 6 Agustus!!

Kamis, 09 Juli 2015

Fighting for my dreams [Part 2]



             Baiklah, malem ini update lagi. Fighting for my dreams part 2!!!! Hhehe. Lagi ngerasa kalau update blog lebih menyenangkan dari pada bikin postingan panjang di LINE atau di Instagram. Meskipun mungkin nanti aku juga bakal upadate Instagram.
            Jadi, hari ini adalah hari dimana semua pejuang sbmptn, termasuk saya nunggu pengumuman hasil mereka. Semua pasti bingung, galau, dan kepikiran like; haduuh gimana ya nanti hasilnya. Pasti lulus! Pasti pasti! Positif Thinking! Atau malah pasrah ah, pasti nggak lulus. Kalau yang terjadi di aku, semenjak tau seleksi berkas monbukagakusho ku lolos, rasanya aku lebih pengen focus ke beasiswa ini dari pada sbmptn. Jadinya ya… bukan berharap nggak lolos juga sih, lebih seperti nggak ngasih ekspektasi yang berlebihan. Mau lulus ya udah dijalani, mau nggak lulus yaudah cari kegiatan yang bisa dilakuin aja, apalagi focus ke monbu.
            Di hari pengumuman, karena malemnya begadang, yang kulakukan seharian adalah tidur. Iya. Dari sahur itu masih bisa melek sampe jam 6 pagi. Kemudian bablas sampek jam 3 sore. Dan menurutku itu breaking record tidurku. Baru sekali itu tidur lama bangeet.
            Yang aku lakukan setelah bangun tidur adalah ngecek grup line monbu. Gila aja, chattingnya udah ratusan. Tapi selalu jadi silent reader disana haha. Banyak dari temen-temen s1 yang bagi-bagi pengalaman tesnya hari ini! Wiih, gimana ya besok…..  itu yang ada di pikiranku.
            Pengumuman dijadwalkan Jam 5 sore di website-website yang sudah di tentukan. Yang ada di pikiran ku pertama kali adalah, mungkin kalau dibuka pas jam 5 nya bakalan down servernya atau gimana gitu. Dan bener, waktu selesai sholat ashar sama mandi, waktu aku buka masih error gitu websitenya. Akhirnya yaudahlah dibuka habis buka puasa aja, dan setelahnya ada info kalau pengumuman di tunda 30 menit.
            Sempet ngecek grup line lagi, dan…. Mereka juga banyak yang galau sbmptn. Ada yang seneng, ada yang pasrah, ada yang nyemangatin buat tes tulis besok. Yaampun, jadi ngerasa…. Aku nggak berjuang sendiri. Nggak ada yang berjuang sendirian.
            Setelah buka puasa, aku nyoba ngecek lagi, dan masih nggak bisa. Akhirnya aku mikir. Wah, kayaknya harus sholat maghrib dulu biar lancar. Dan setelah sholat, aku ngecek lagi ternyata masih belum bisa juga. Kemudian aku coba buka wesbsite mirror yang di kasih sama temen-temen smp. Dan bisa! Langsung aja aku masukin nomor peserta tanggal lahir dan captcha.
Dan……
            Senengnya bukan main!! Aku keterima di Pendidikan Tata Boga Universitas Negeri Surabaya (Unesa), aku langsung teriak kesenengan keluar kamar, sambil bilang “Aku loloss!!!!!” sampek bikin ayah sama mamaku bingung. “Apanya yang lolos dek?” Tanya mama. Ya aku jelasin kalau aku keterima di Pendidikan Tata Boga Unesa. Mamaku langsung mukanya seneng banget gituu, langsung meluk aku, aku pun rasanya juga seneng banget, walaupun sebelumnya nggak ada ekspektasi bakal keterima, atau nggak mempermasalahkan ini samasekali.
            Yang bikin sedih malah sebenernya... lagi-lagi aku menang. Maksudnya aku berhasil.  Gimana ya  bilangnya... aku punya temen seperjuangan. Dan aku lolos sedangkan dia nggak. Bukannya ngarepin sama-sama nggak lolos juga. Tapi kalau sama-sama lolos, enak kan? Walaupun aku tau ini bukan salah ku, walaupun kalau misal dia yang lolos dan aku nggak aku bakal kecewa juga, tapi.... tetep aja senengku jadi nggak bisa lega.
            Anyways, Besok Tes Tulis D2 Monbukagakusho! Semangat!!!!!